Rabu, 04 Desember 2013

Puisi "Mayangsari dan Sebuah Sajak" karya Romli Burhani



MAYANGSARI DAN SEBUAH SAJAK
             “Mencumbumu…
sebuah irama bagi sajak-sajakku”


Sebait sajak yang kutulis ditubuhmu
Bara menjelma pada jubah maladewa

Kita berdiri di tepi negeri suku apartheid

Lalu aku melihatmu bagai tak tersentuh pagi
bersembunyi di bibir subuh
Dan tenggelam dalam sisa kabut
Larut berpadu darah
Mendayung bintang ke timur
Menjerit bagai tangisan bayi setengah hari

Bukan hanya badai tanpa sayap
Lengking kecapi dan denting piano
Terpenjara di ujung putingmu

Aku tergugah oleh dekorasi alam yang terhalang kudeta manusia jalang

merah pada pipimu semekar kelopak mawar dan mega di batas awan

Disela dzikir Jibril bagi para musafir malam
Mencoba mencari sebait ayat pada sehelai kulit unta
Terikat lukisan dan pikiranku yang khusyuk
Kau datang membawa selembar kafan
Nampaknya, permadani diatas samudera adalah sesajen sederhana
Atau permata di segelas tuak yang kuhidangkan bersama nyawa
Adalah kutukan-kutukan bunga haram
Mayangsari
O, kembang purnama di peluk syair para sufi
Tiba-tiba aku memimpikan punggungmu yang ranum
Menggeliat, memanggil tuhan
Namun dadamu yang selebar Bromo
Menyisakan tangisan di simpang jalan
Deras hujan dan candu arak adalah pengabdianmu yang mati
Mengering bersama ranting dan tanah merah
Ingin sekali kukirimkan sajak-sajakku
kau datang padaku
Dan memberi seribu kemenyan di atas ranjang
Sebagai sambutan roh-roh leluhur

Tajug-tajug  tua berdiri tegak di jemariku yang lancang
Barangkali, bisa kusimpan nafsuku
Juni 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar