Eufoni Implora
Untuk Nina, Hesti, Sri, khalilah,
Fina, Fini, Inayah, villa, Saripah
Dan mereka yang telah lelah
atau mati dan mengucap doa
setelah kata, setelah nada-nada
dari tubuhmu, jatuh di dermaga
Nina, Hesti, Sri, Khalilah dan yang semanis cahaya
akan ada sisa perih di setiap adegan -antara cinta
dan amis darah- serupa ritual atau sajak neruda
yang terpenggal di sepasang mata sungai, luka
pecah. namun di sepertiga lagu yang kau nanyikan
waktu itu, masa lalu sampai padaa ingatanku, tapi
terdengar begitu asing. Barangkali waktu dan
musim-musim telah menjadi isyarat bagi
bait yang tak selesai
“Apa yang bisa kusampaikan padamu
selain tangis, selain tajam gerimis?”
Fina, Fini, Inayah dan yang secantik kelopak senja
telah kita pahami sejak dulu, kenangan tentang tangga nada
telah menafikan sebuah perpisahan, namun segera
kau –atau aku- sembunyi dari kesedihan ini lalu
sampai kabar padamu, seseorang telah ditelan waktu
kalimat-kalimat ini sebenarnya tak berarti apa-apa sebab duka
akan tiada ketika kau, juga kau pergi meniada
kalian yang sempat mengantarku pulang, kemudian
pergi tanpa surat atau sebuah kecupan. tetaplah dekap
dan sentuhlah aku di setiap sujud, ketika malam
ketika sunyi tiba
Villa, Saripah dan yang seelok bunyi jendela pagi
adalah jiwa yang bergetar serupa keringat seorang kembara
kau telah meminangku seperti daun-daun kering pada tanah
basah musim hujan. Tenanglah, manisku
Kita tak pernah
menanamkan apa-apa
Kita takkan pernah
kehilangan apa-apa
Januari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar